HERALD.ID – Pasar saham Indonesia menghadapi fluktuasi tajam sepanjang pekan perdagangan 10-14 Maret 2025, dengan sejumlah saham mencatatkan lonjakan yang mengesankan, sementara yang lain terperosok dalam penurunan signifikan, merugikan investor.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Hillcon Tbk (HILL) mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 378,16%, melonjak dari Rp410 menjadi Rp1.965 per saham.

Saham-saham lainnya yang mencatatkan penguatan besar adalah PT Bersama Zatta Jaya Tbk (BAIK), yang naik 35,38% menjadi Rp88 per saham, PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) yang menguat 28,85% ke Rp67 per saham, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang melonjak 28,16% ke Rp39.600 per saham, dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang terangkat 25,37% ke Rp1.680 per saham.

Namun, tidak semua saham menunjukkan performa positif. PT Indosterling Technomedia Tbk (DATA) menjadi saham yang paling terpukul, dengan penurunan tajam sebesar 46,48%, dari Rp1.990 menjadi Rp1.065 per saham.

Saham-saham lainnya yang mengalami penurunan signifikan adalah PT Global Sukses Solusi Tbk (GPSO) yang turun 25,76% menjadi Rp490 per saham, PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) yang merosot 24,57% menjadi Rp9.975 per saham, PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) yang tertekan 22,18% menjadi Rp1.140 per saham, dan PT Ayana Land International Tbk (ASPI) yang terjun bebas 20,86% menjadi Rp220 per saham.

Dalam pekan yang penuh volatilitas ini, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp3,69 triliun. Total aksi jual bersih investor asing sepanjang tahun 2025 telah mencapai Rp26,04 triliun, mencerminkan tren arus keluar dana yang berlanjut dari pasar saham domestik.

Aksi jual investor asing dan tekanan terhadap sejumlah saham turut berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang terkoreksi 1,81%, turun menjadi 6.515,631 dari posisi pekan sebelumnya di 6.636,000.

Penurunan IHSG ini turut membawa kapitalisasi pasar menyusut 1,87% atau sekitar Rp215 triliun, menjadi Rp11.235 triliun dari Rp11.450 triliun.

Selain itu, volume transaksi harian juga mengalami penurunan. Rata-rata frekuensi transaksi harian turun 1,48% menjadi 1,09 juta kali transaksi dari sebelumnya 1,10 juta kali.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian melemah 12,94% menjadi 17,31 miliar lembar saham dari 19,88 miliar lembar saham pada pekan lalu. Nilai transaksi harian pun anjlok 28,43%, turun dari Rp13,14 triliun menjadi Rp9,40 triliun.

Dengan kondisi ini, investor perlu lebih berhati-hati dan cermat dalam memantau pergerakan saham, mengingat volatilitas yang tinggi serta arus keluar modal asing yang bisa memengaruhi dinamika pasar lebih lanjut. (we/ss)