HEALD.ID – Komisi IV DPR mewanti Kementerian Pertanian untuk mewaspadai gejolak ekonomi yang terjadi di tengah-tengah petani saat ini. Sebab situasi deflasi ekonomi yang terjadi saat ini justru tidak menguntungkan petani lantaran sejumlah kebutuhan produksi pertanian justru semakin mahal. DPR khawatir situasi ini membuat kehidupan ekonomi petani semakin melarat.

Anggota Komisi IV DPR Cindi Monica Salsabila Setiawan mengatakan laporan Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru mengungkapkan bahwa saat ini negara mengalami deflasi sebesar 0,48 persen secara month to month (m to m), dan kelompok penyumbang deflasi ini dikuasai oleh komoditas pangan, yaitu daging, ayam ras, cabai merah, tomat dan telur ayam ras. Sayangnya, situasi deflasi ini menjadi kurang menguntungkan bagi petani lantaran harga yang diterima petani untuk biaya pemenuhan kebutuhan produksi justru semakin mahal.

Cindi lalu mengacu pada laporan BPS pada bulan yang sama dimana Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan yang sama justru alami penurunan cukup signifikan yakni sebesar 0,23 persen yang diikuti dengan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,04 persen. “Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal itu justru meningkat sebesar 0,2 persen yang ini disumbang oleh bibit, pupuk, pestisida dan belanja barang modal,” kata Cindi dalam rapat kerja dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pekan lalu.

Untuk itu, politisi Fraksi Nasdem ini meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewaspadai penurunan NTP ini agar tidak berdampak sampai berdampak besar kepada kesejahteraan petani. “Yang dalam jangka panjang dapat membuat petani semakin miskin,” wantinya.

Lebih lanjut, Cindi juga mengingatkan, walau Pemerintah telah melakukan operasi pasar untuk meredam gejolak harga pasar hadapi Ramadan lalu, namun sejauh ini belum berdampak signifikan kepada penurunan harga sejumlah bahan pokok kebutuhan masyarakat. Dia lalu mengungkapkan gejolak harga cabai rawit yang setiap tahun mengalami gejolak harga cukup tajam dan bahkan kini sampai menembus harga Rp 150 ribu per kilogram di sekitar wilayah Jaboetabek.

Makanya, hadapi situasi ini, khususnya meredam pedasnya harga cabai ini, dia usul agar Kementan dapat melakukan pelibatan intensif rumah tangga khususnya dalam produksi pangan terutama cabai rawit. Dia yakin, melalui budidaya cabai dalam skala kecil, akan membantu ekonomi rumah tangga untuk atasi gejolak harga cabai ini.

“Karena tadi saya lihat juga bantuan benih cabai juga mengalami efisiensi,” usulnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rilis BPS terbaru yang melaporkan bahwa potensi luas panen pada periode Januari sampai April 2025 merupakan luas panen tertinggi selama 7 tahun terakhir, yaitu 4,56 juta hektare. Luas panen tersebut meningkat 27,69 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2024 sebesar 3,57 juta hektar.

Peningkatan potensi luas panen ini, kata Amran, menyebabkan produksi padi setara beras selama Januari sampai April menjadi 13,95 juta ton atau meningkat 25,99 persen dibanding pada periode yang sama tahun 2024 sebesar 11, 07 juta ton. “Potensi produksi beras Januari sampai April 2025 ini juga merupakan produksi beras tertinggi selama 7 tahun terakhir sejak 2019 sebagaimana yang dirilis oleh BPS,” bilang Amran.

Dia berharap progres capaian bisa terwujud sesuai harapan Presiden Prabowo Subianto agar swasembada beras dapat dicapai dalam waktu yang secepatnya. Capaian ini, lanjut Amran, juga merupakan hasil kerja keras semua pihak terutama dukungan dari Pimpinan dan anggota Komisi IV DPR dalam mengawal program-program peningkatan produksi pangan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian.

Dalam kesempatan tersebut, Amran juga mengatakan, untuk memastikan harga hasil panen gabah yang diterima petani tetap menarik pada saat panen raya ini, Pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menyerap gabah petani setara beras sebanyak 3 juta ton selama Februari-April dengan Harga Pembelian Pemerintah Rp 6.500 per kilogram. Namun demikian, manakala ada buyer atau pembeli yang mampu membeli diatas HPP, pihaknya tentu menyambut karena itu menolong ekonomi petani.

Tetapi manakala harga di bawah HPP, maka Bulog wajib turun tangan membeli agar kesejahteraan petani terjaga. “Kebijakan ini berdampak kepada membaiknya harga gabah di tingkat petani yang terus mendekati HPP dan bahkan beberapa kali rata-rata harga gabah diterima petani di atas HPP seperti 9 Maret 2025 sebesar Rp 6.535 per kilogram,” katanya. (ham/ss)