HERALD.ID, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali diguncang gelombang kepanikan setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok drastis pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025. Pasca penghentian sementara (trading halt) selama 30 menit, indeks justru semakin terpuruk hingga minus 6,9%.

Data perdagangan menunjukkan IHSG sempat tertahan di level 6.146,9 sebelum akhirnya merosot lebih dalam. Bursa sempat dihentikan pada pukul 11.19 WIB sebagai respons atas anjloknya indeks lebih dari 5% dalam sehari. Namun, alih-alih pulih setelah dibuka kembali, indeks justru makin lesu dan menyentuh titik terendahnya di 6.012,75.

Kondisi ini memicu reaksi luas di media sosial. Akun Big Alpha (@BigAlphaID) mencatat bahwa IHSG terus jatuh bahkan setelah perdagangan dilanjutkan. “Minus 6,9% and counting..” tulis akun tersebut dalam cuitannya yang langsung viral.

Reynaldi Yusuf (@Sir_Reynaldi) mencuit, “Mending serok sekarang atau hold dulu?” mempertanyakan apakah momen ini peluang bagi investor atau justru sinyal bahaya lebih lanjut. Sementara itu, akun bee (@mediokerboy) menyoroti rumor pergantian Menteri Keuangan sebagai pemicu kepanikan pasar.

Tagar #IndonesiaGelap menggema di lini masa setelah tokoh publik Muhammad Said Didu (@msaid_didu) menyoroti kontrasnya kondisi IHSG dengan bursa global yang justru mengalami penguatan. “Saat ini Bursa Efek Jakarta disuspend karena IHSG turun lebih 5%—sementara harga saham negara lain naik,” cuitnya. “SOS,” tambahnya.

Di sisi lain, spekulasi liar bermunculan di antara warganet. Akun Tukang Pabrik (@idagsyah) berseloroh bahwa para pemodal besar mungkin menarik dana untuk membayar tunjangan hari raya (THR) menjelang Idulfitri. Sementara itu, akun Ramsky (@ramskypo) menyinggung janji pertumbuhan ekonomi yang kian dipertanyakan.

Kondisi pasar yang tak menentu membuat para investor cemas. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa tekanan jual besar-besaran datang dari saham-saham BUMN Karya yang mengalami koreksi tajam. Akun Ake Rachman (@HelmiHelmimoze) mencoba menenangkan situasi dengan menyatakan bahwa ini hanyalah dampak dari tiga saham BUMN yang mengalami tekanan.

Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar menanti langkah pemerintah dan otoritas keuangan untuk meredam gejolak. Hingga sore hari, investor masih bertanya-tanya apakah bursa akan kembali dihentikan atau justru dibiarkan bergerak bebas dalam volatilitas yang tinggi.

Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Kementerian Keuangan terkait penyebab pasti jatuhnya IHSG. Namun, kepanikan sudah meluas di berbagai platform, dengan para analis dan investor bersiap menghadapi kemungkinan terburuk di hari-hari berikutnya. (*)