HERALD.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pukulan berat pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025. Menjelang jeda siang, IHSG merosot 5,02% atau 325 poin, terdampar di level 6.146,9. Kejatuhan ini memicu langkah darurat dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memberlakukan trading halt pada pukul 11.19 WIB, menghentikan sementara perdagangan selama 30 menit.

Keputusan ini diambil merujuk pada Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 yang mengatur mekanisme penghentian perdagangan dalam kondisi darurat. “Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11.49 WIB tanpa ada perubahan jadwal,” ujar Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nuramad, dalam pernyataan tertulisnya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia (KSI Research) menyoroti meningkatnya ketidakpastian di pasar yang menyebabkan kepanikan investor. “Saat ini statusnya masih highly speculative, sentimen yang berkembang membuat pelaku pasar gelisah dan cenderung mengambil keputusan spekulatif,” tulis KSI Research dalam laporan mereka.

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap anjloknya IHSG di antaranya:

  • PHK massal menjelang Lebaran, yang menggerus daya beli dan meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi.
  • Ancaman penurunan peringkat kredit oleh Fitch, S&P, dan Moody’s, menyusul keputusan Morgan Stanley dan Goldman Sachs yang sebelumnya downgrade pasar Indonesia.
  • Ketidakpastian arah suku bunga oleh bank sentral Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat, yang membuat investor menahan diri dari keputusan besar.
  • Rumor mundurnya dua menteri penting di bidang ekonomi, yang semakin memperburuk kepercayaan pasar.

Dengan kondisi yang serba tidak menentu, KSI Research merekomendasikan investor untuk menahan diri. “Saat ini, langkah terbaik adalah hold and wait and see, menunggu stabilisasi IHSG di kisaran 6.200,” tambah mereka.

Pertanyaannya, apakah tekanan jual akan berlanjut atau IHSG bisa bangkit di sesi perdagangan berikutnya? (*)