HERALD.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan besar yang berlanjut sejak awal tahun 2025. Pada Senin, 17 Maret 2025, IHSG tercatat terkoreksi sebesar 8,59% secara year-to-date (YTD).

Tren negatif tersebut semakin tajam pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025, dengan IHSG merosot lebih dari 5%, sehingga memicu pemberlakuan trading halt selama 30 menit.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa penurunan tajam IHSG ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri.

“Secara eksternal, IHSG dipengaruhi oleh ketidakpastian dan dinamika global, termasuk isu-isu ekonomi seperti perang dagang, eskalasi geopolitik, serta kebijakan suku bunga yang lebih tinggi dan cenderung bertahan lama (higher for longer),” ungkap Jeffrey, Selasa, 18 Maret 2025.

Selain faktor global, masalah internal juga menjadi perhatian pelaku pasar. Di antaranya, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang baru diumumkan pemerintah, pelemahan nilai tukar rupiah, deflasi, serta penurunan penerimaan pajak. Para pelaku pasar pun masih menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai implementasi kebijakan strategis dari pemerintah.

Meski begitu, Jeffrey menilai valuasi saham di BEI saat ini tergolong rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. “Kami melihat rasio P/E saham-saham di BEI sudah berada di angka 10, yang merupakan level terendah di antara negara-negara ASEAN lainnya. Kami menghimbau kepada investor agar cermat melihat kondisi fundamental dan selalu rasional dalam mengambil keputusan,” tambahnya.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, menyampaikan bahwa trading halt diberlakukan pada pukul 11:19:31 WIB sebagai langkah antisipasi terhadap penurunan IHSG yang drastis. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas pasar saham.

“Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025, telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT BEI pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS), yang dipicu penurunan IHSG mencapai 5%,” kata Kautsar dalam keterangan tertulis.

Mekanisme trading halt ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 yang mengatur penghentian perdagangan dalam kondisi darurat guna menjaga stabilitas pasar.

Dengan penurunan tajam IHSG yang terus berlanjut, para investor diharapkan dapat lebih berhati-hati dan mempertimbangkan kondisi pasar serta faktor fundamental dalam setiap keputusan investasi. (*)