HERALD.ID, GAZA–Serangan udara Israel hari ini menewaskan sedikitnya 350 warga Palestina di seluruh Gaza dalam gelombang serangan paling mematikan sejak kesepakatan gencatan senjata dicapai pada bulan Januari, menurut pejabat kesehatan di Jalur yang dikuasai Hamas.
Serangan dimulai pukul 02.30 waktu setempat pada Selasa pagi dan menghantam daerah perkotaan yang padat penduduk, sekolah darurat, bangunan tempat tinggal, dan tempat penampungan yang menampung orang-orang yang mengungsi di tenda-tenda.
“Serangan pendahuluan ini akan terus berlanjut selama diperlukan, dan akan diperluas melampaui serangan udara,” demikian pernyataan Militer Israel dikutip The Independent.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa mereka telah berkonsultasi sebelum serangan dan menyatakan Hamas yang harus disalahkan. Ini aneh karena Hamas patuh pada kesepakatan untuk melanjutkan kesepakatan ke tahap kedua gencatan senjata.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Donald Trump, Brian Hughes, mengatakan kelompok militan itu bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata tetapi malah memilih penolakan dan perang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan setelah berminggu-minggu upaya yang gagal untuk menegosiasikan perpanjangan kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada 19 Januari.
“Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang meningkat,” kata kantor Netanyahu.
Pejabat Hamas Izzat al-Rishq mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan Netanyahu untuk melanjutkan perang adalah keputusan untuk mengorbankan tahanan pendudukan dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.
Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengutuk serangan Israel yang dilanjutkan, dengan mengatakan hal itu hanya akan menambah beban lebih lanjut pada rakyat Palestina.
“Saya merasa ngeri dengan serangan udara dan penembakan Israel tadi malam di Gaza, yang menewaskan ratusan orang, menurut Kementerian Kesehatan di jalur tersebut. Ini akan menambah tragedi demi tragedi,” kata Turk, komisaris tinggi hak asasi manusia, dalam sebuah pernyataan.
“Langkah Israel untuk menggunakan kekuatan militer yang lebih besar hanya akan menambah penderitaan bagi penduduk Palestina yang sudah menderita dalam kondisi yang sangat buruk,” tandasnya. (ilo)