HERALD.ID, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren positif pada perdagangan sesi pertama hari ini, Kamis (20/3/2025).

Pasar saham domestik menunjukkan pergerakan optimis di tengah berbagai sentimen global yang memengaruhi pergerakan bursa regional.

Hingga siang ini, IHSG menguat 56,972 poin atau 0,90 persen ke level 6.368,633, sementara indeks LQ45 justru melemah 3,161 poin atau 0,44 persen ke 708,510.

Berdasarkan data perdagangan, sebanyak 290 saham mengalami kenaikan harga, 265 saham melemah, dan 238 saham lainnya stagnan.

Aktivitas transaksi di bursa cukup aktif dengan frekuensi perdagangan mencapai 674.256 kali, melibatkan volume saham sebanyak 9,449 miliar lembar dengan total nilai transaksi sebesar Rp 6,377 triliun.

Sejumlah saham mencatatkan kenaikan signifikan dan masuk dalam daftar top gainers. Saham Dana Brata Luhur (TEBE) melonjak 110 poin atau 15,17 persen ke posisi 835, disusul Sanurhasta Mitra (MINA) yang naik 16 poin atau 13,33 persen ke 136.

Sementara itu, Chandra Asri Pasifik (TPIA) mengalami kenaikan 725 poin atau 11,84 persen ke 6.850. Green Power Group (LABA) juga mencatatkan kenaikan 11 poin atau 8,27 persen ke 144, serta Techno9 Indonesia (NINE) yang naik 20 poin atau 6,71 persen ke 318.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan. Mengutip data Bloomberg, rupiah naik 61,50 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp 16.469 per dolar AS. Pergerakan positif ini menjadi angin segar bagi investor di tengah ketidakpastian global.

Sementara itu, bursa saham Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Indeks Nikkei 225 di Jepang belum dibuka untuk perdagangan hari ini.

Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 293,419 poin atau 1,18 persen ke 24.477,720. Indeks SSE Composite di China juga terkoreksi tipis 2,270 poin atau 0,07 persen ke 3.424,159.

Sebaliknya, indeks Straits Times di Singapura berhasil menguat 21,810 poin atau 0,56 persen ke level 3.930,120.

Pergerakan IHSG di sesi siang ini mencerminkan respons pasar terhadap dinamika ekonomi global dan domestik.

Para investor terus mencermati berbagai faktor, termasuk perkembangan kebijakan moneter serta pergerakan nilai tukar, untuk menentukan strategi investasi yang optimal dalam menghadapi fluktuasi pasar. (*)