HERALD.ID, JAKARTA – Serangan Israel terhadap Palestina terus berlanjut meskipun gencatan senjata telah diumumkan sejak Januari lalu. Justru, dalam periode tersebut, serangan Israel semakin membabi buta, mengakibatkan lebih dari 700 warga Palestina kehilangan nyawa akibat gempuran roket.

Di Indonesia, harapan terhadap gencatan senjata sempat meningkat. Sebagian masyarakat berharap kejahatan kemanusiaan di Palestina benar-benar berakhir.

Namun, ekspektasi tersebut membuat sebagian orang mulai mengendurkan dukungan terhadap aksi boikot produk terafiliasi Israel.

Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat Palestina (SMURP) menegaskan bahwa boikot produk yang terkait dengan Israel masih menjadi agenda prioritas umat Muslim di Indonesia.

SMURP menilai bahwa upaya boikot yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir telah mengganggu aliran pendanaan yang masuk ke Israel.

“Kami percaya bahwa boikot produk terafiliasi Israel adalah langkah strategis dalam melemahkan pendanaan yang menopang serangan Israel terhadap Palestina. Gerakan ini harus terus diperkuat,” ujar Andrian Rizky, Koordinator Nasional SMURP.

Pendanaan merupakan faktor utama yang menopang serangan Israel terhadap Palestina. Salah satu sumber pendanaan tersebut berasal dari perusahaan-perusahaan yang mendukung atau memiliki keterkaitan dengan Israel yang tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, SMURP mengajak masyarakat untuk terus memperkuat aksi boikot sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi Israel.

Saat ini, SMURP masih merujuk daftar 10 merek produk yang disebut Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) sebagai produk yang terafiliasi dengan Israel.

Merek-merek tersebut di antaranya adalah Starbucks, Danone, Nestlé, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca-Cola Group, McDonald’s, Mondelez, dan Burger King. Selain itu, sejumlah produk kurma asal Israel juga termasuk dalam daftar tersebut.

Keseluruhan produk ini juga tercantum sebagai produk terafiliasi Israel dalam situs boikot internasional, seperti boycott.thewitness dan bdnaash.

Momentum Ramadhan dinilai sebagai waktu yang tepat untuk memperkuat aksi boikot. Dalam ajaran Islam, amal baik yang dilakukan di bulan Ramadhan akan mendapatkan balasan berlipat ganda.

SMURP menegaskan bahwa aksi boikot adalah bentuk nyata dari amar ma’ruf nahi munkar dan dapat memberikan dampak signifikan dalam melemahkan pendanaan Israel.

“Boikot terhadap produk-produk terafiliasi Zionis adalah langkah konkret yang dapat kita lakukan untuk menekan Israel. Jika dilakukan secara konsisten, dampaknya akan semakin besar,” ujar Wartoi, Juru Bicara SMURP.

Boikot terhadap produk-produk terafiliasi Zionis dinilai dapat berkontribusi besar terhadap kebangkrutan Israel dalam melakukan agresi terhadap Palestina. Oleh karena itu, SMURP mengajak masyarakat yang mencintai kedamaian dan kemanusiaan untuk konsisten menolak penggunaan produk-produk tersebut.

Selain itu, SMURP juga mengajak masyarakat Indonesia untuk terus mengawal fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait pemboikotan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Israel. Upaya ini diharapkan dapat menjadi bagian dari perjuangan kolektif untuk membebaskan Palestina dari penjajahan.

SMURP menegaskan bahwa perjuangan untuk membela Palestina harus terus digalakkan dengan berbagai cara, termasuk dengan aksi boikot.

Masyarakat diharapkan tetap konsisten dalam mendukung gerakan ini agar dapat memberikan dampak yang signifikan dalam menghentikan kejahatan Israel terhadap Palestina. (*)