HERALD.ID – Pembantu Letnan Satu (Peltu) Lubis rupanya bukan sekadar penyelenggara judi sabung ayam. Ia memiliki jalur komunikasi yang erat dengan Kapolsek Negara Batin, AKP (Anumerta) Lusiyanto. Percakapan mereka sebelum acara sabung ayam yang berujung tragedi kini terungkap.

Kode yang diucapkan Lusiyanto, “yang penting harus aman,” menjadi sinyal perizinan tak resmi bagi Lubis. Kata “aman” yang disebut-sebut itu bukanlah sekadar ketenangan jalannya acara, melainkan soal setoran uang yang harus disalurkan kepada pihak berwenang.

Fakta ini diungkapkan Asisten Intelijen Kasdam II/Sriwijaya, Kolonel Inf Yogi Muhamanto, yang membocorkan isi percakapan antara Kapolsek Lusiyanto dan Peltu Lubis. “Saat Peltu Lubis meminta izin menyelenggarakan sabung ayam, Lusiyanto menjawab, ‘silakan, yang penting harus aman’,” ujar Yogi. Ia menegaskan bahwa kata “aman” merujuk pada kesepakatan finansial yang telah lama berlangsung.

Sabung ayam di Negara Batin bukanlah acara dadakan. Kegiatan itu sudah berjalan setidaknya selama setahun terakhir. Bahkan, Peltu Lubis dan Kapolsek Lusiyanto diketahui memiliki hubungan yang cukup baik, saling memahami peran masing-masing dalam aktivitas ini.

Polisi dan TNI di Balik Perjudian

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) II/Sriwijaya, Kolonel Inf Eko Syah Putra Siregar, tak menampik adanya dugaan kesepakatan antara kepolisian dan oknum TNI terkait sabung ayam tersebut. “Namanya saja sudah judi sabung ayam, otomatis ada profitnya. Logikanya, ada kesepakatan di antara kedua pihak,” kata Eko.

Namun, hubungan antara pimpinan Polsek dan Pejabat Pos Ramil sempat memburuk dalam beberapa waktu terakhir. Muncul spekulasi bahwa ketidaksepakatan terkait keuntungan yang diperoleh masing-masing pihak menjadi pemicu konflik.

Dalam penggerebekan Senin, 17 Maret 2025 sore, tragedi pecah. Tiga anggota polisi, termasuk Kapolsek Lusiyanto, tewas tertembak. Dari hasil penyelidikan, ditemukan 13 selongsong peluru dari tiga jenis kaliber berbeda, memperkuat dugaan adanya lebih dari satu pelaku penembakan.

Dua oknum TNI, Peltu Lubis dan Kopral Kepala (Kopka) Basarsyah, kini dalam pemeriksaan intensif. Namun, pihak Kodam II/Sriwijaya mensinyalir ada keterlibatan pihak lain, termasuk dari kepolisian. “Kalau terbukti bersalah, anggota TNI yang diduga pelaku pasti mendapat hukuman setimpal. Tapi pihak lain yang terlibat juga harus diusut,” tegas Eko.