HERALD.ID, PALEMBANG – Di bawah langit pagi Palembang yang masih berembun, di Jalan Pipa Raya, Kecamatan Jakabaring, takdir seorang wanita bernama PW (40) berubah dalam sekejap. Sepuluh luka tusukan menggores tubuhnya, membawa jejak keputusasaan yang berubah menjadi kekerasan. Mantan suaminya, MSZ, yang pernah menduduki kursi di DPRD Palembang, menjadi eksekutor kebengisan itu—karena satu alasan: rujuk yang ditolak.
Pagi itu, PW tengah berada di rumah ibu angkatnya, Zaenab. Keheningan pecah ketika MSZ tiba dengan sepeda motor, mendekati PW dengan langkah yang membawa beban kemarahan. Kata-kata bertukar cepat, saling membentur dinding emosi yang sudah retak. Hingga tiba-tiba, dari dalam jaketnya, MSZ menghunus sebilah pisau kecil.
“Mereka cekcok, ada selisih paham. Lalu, dia (MSZ) langsung mengeluarkan pisau,” kisah Zaenab, mengenang detik-detik yang kemudian menyebar viral di media sosial melalui rekaman saksi mata.
Pisau itu tak hanya berbicara dalam gerakan, tetapi juga dalam luka. PW mencoba melawan, tetapi tubuhnya tak kuasa menahan serangan bertubi-tubi. Sepuluh tusukan—di tangan, di perut—menjadi saksi bisu keputusasaan yang berubah menjadi dendam. Namun, di tengah perih yang menjalari tubuhnya, PW masih memiliki daya untuk melawan nasib. Ia menyeret tubuhnya, menutupi lukanya sebisanya, lalu masuk ke mobil dan melaju ke kantor polisi. Darahnya mungkin tercecer di jalan, tapi tekadnya masih utuh.
Kini, PW berada dalam perawatan medis, perlahan-lahan mengumpulkan kembali dirinya yang sempat porak-poranda. Sementara itu, kepolisian bergerak cepat. “Iya, saat ini anggota sudah berada di lapangan untuk investigasi,” ujar Kasat Reskrim Polrestabes Palembang, AKBP Yunar Hotma Parulian Sirait.
Di hadapan aparat, PW mengisahkan semua yang terjadi. “Mantan suami saya datang ke rumah mau mengajak rujuk. Saya tolak. Lalu saya ditusuk,” ucapnya, singkat, padat, tapi menyimpan getir yang dalam.
Sebuah penolakan, yang seharusnya menjadi hak setiap manusia, justru menjadi pemicu kebrutalan. Palembang mencatat lagi sebuah kisah luka—dan seorang perempuan yang tetap bertahan hidup meski nyawanya sempat di ujung pisau. (*)