HERALD.ID – Sinar matahari sore memantul di rumput Stadion Madya Senayan Jakarta pada Sabtu, 22 Maret 2025, mengiringi langkah-langkah penuh tekad para pemain Timnas Indonesia yang tengah berlatih.

Di bawah arahan Patrick Kluivert, Garuda kembali menempa diri setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia. Bukan sekadar pemulihan fisik, tetapi juga ujian mental: bisakah mereka bangkit dan menebus kekecewaan?

Tanggal 25 Maret 2025 menjadi penentuan. Bahrain menanti di hadapan mereka, bukan sebagai lawan yang mudah. Tim yang baru saja menjuarai Piala Teluk Arab 2025 itu datang dengan modal kepercayaan diri tinggi. Takefusa Kubo, bintang Jepang, bahkan memperingatkan Indonesia soal ancaman yang mereka bawa. “Mereka terorganisir dan memiliki pemain bagus yang bisa bertahan hingga garis depan,” ujar Kubo kepada media Jepang.

Namun, Timnas Indonesia punya satu kekuatan besar: Gelora Bung Karno. Stadion yang mampu menampung lebih dari 70.000 penonton itu bukan sekadar tempat bertanding, tetapi benteng semangat yang membakar asa. Suara nyanyian, kibaran merah-putih, dan gemuruh tribun bisa menjadi senjata tambahan yang memukul mental lawan.

Bagi Kluivert, laga ini adalah lebih dari sekadar pertandingan. Ini soal harga diri, soal membuktikan bahwa Indonesia masih punya peluang menuju Piala Dunia 2026. Ekspektasi besar membebani pundaknya, dan tak sedikit yang menilai hasil buruk bisa menjadi awal dari desakan perubahan di kursi kepelatihan.

Kini, segalanya ada di tangan para pemain. Dengan strategi yang matang, mentalitas baja, dan dukungan penuh dari suporter, Garuda punya peluang untuk membalikkan keadaan. Malam penuh euforia bisa tercipta—atau justru menjadi ujian paling berat. Jawabannya akan tersaji di GBK. (*)