HERALD.ID, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan tajam pada perdagangan Jumat (21/3/2025), melemah hampir 2 persen dan menutup sesi di sekitar level 6.250.
Kondisi ini semakin mempertegas tren pelemahan indeks dalam beberapa pekan terakhir, memunculkan kekhawatiran apakah IHSG bisa kembali menembus level psikologis 6.000.
Secara teknikal, IHSG masih berada dalam tren menurun sejak Februari 2025. Sepanjang minggu lalu, indeks berusaha bertahan di level support 6.250, tetapi terus gagal menembus level resistance di kisaran 6.580 hingga 6.680.
Setiap kali mengalami kenaikan kecil, IHSG kembali tertekan dan melemah. Hal ini menandakan bahwa kekuatan beli masih belum cukup untuk membalikkan tren bearish yang sedang berlangsung.
Selain faktor teknikal, aliran dana asing juga menjadi perhatian utama. Dalam dua minggu terakhir, investor asing terus melakukan aksi jual dalam jumlah besar, membuat tekanan jual pada saham-saham unggulan semakin meningkat.
Saham-saham perbankan seperti BCA (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami pelemahan yang cukup signifikan.
Bahkan, BBCA kini berpotensi menembus support di level 8.000, yang bisa membuka peluang penurunan lebih lanjut ke 7.500 hingga 7.150.
Saham berbasis teknologi dan infrastruktur juga turut mengalami penurunan tajam. Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang sebelumnya sempat menopang IHSG, anjlok hingga 8 persen pada Jumat lalu.
Begitu juga dengan saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang sebelumnya mengalami tren kenaikan, tetapi kini mulai melemah.
Potensi IHSG untuk turun ke level 6.000 semakin besar jika dalam waktu dekat indeks masih gagal menembus level resistance terdekatnya.
Support 6.250 menjadi batas krusial yang harus dijaga agar tidak terjadi koreksi lebih dalam. Jika level ini ditembus, maka 6.000 bisa menjadi target berikutnya, bahkan IHSG berpotensi menuju kisaran 5.800 hingga 5.500.
Di tengah ketidakpastian ini, para investor disarankan untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Memilih saham yang masih berada di atas garis MA50 dan MA150 bisa menjadi strategi yang lebih aman.
Selain itu, disiplin dalam menetapkan stop loss dan menghindari aksi beli impulsif juga sangat dianjurkan. Dengan volatilitas pasar yang tinggi, peluang technical rebound memang selalu ada, tetapi potensi penurunan lebih lanjut tetap harus diwaspadai.
Dalam beberapa hari ke depan, pergerakan IHSG masih akan sangat dipengaruhi oleh sentimen global dan domestik.
Para investor sebaiknya mencermati apakah indeks mampu menembus kembali level resistance atau justru semakin tertekan dan menuju level psikologis 6.000. (*)