HERALD.ID, YOGYAKARTA – Sebagai transparansi harga kuliner di pusat kota, Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo melakukan pemasangan simbolis papan nama dan papan menu untuk usaha makanan dan minuman di sirip-sirip Malioboro, pada Selasa 25 Maret 2025.
Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga citra Yogyakarta sebagai Kota Wisata mengingat kunjungan wisatawan yang diprediksi akan tiba ke Yogyakarta sebanyak jutaan orang.
“Karena potensi wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta itu besar sekali hampir 10 juta dan biasanya kalau 10 juta mudik ke Jogja itu kan hampir mereka ingin ke Malioboro. Makanya untuk mengantisipasi itu, kami menyiapkan transparansi harga seperti hari ini,” katanya disela-sela pemasangan disalah satu warung kuliner yang berada di Jalan Perwakilan No.29 A, Selasa 25 Maret 2025.
Selain itu, kegiatan tersebut merupakan bagian dari quick win 100 hari kerja mengawalinya sebagai pemimpin Kota Yogyakarta. Saat ini sebanyak 59 sudah terpasangan papan nama.
“Pemasangan ini bagian Quick win atau percepatan 100 hari kerja terhadap 80 warung, mulanya 100 tapi 80 dulu ya. Hari ini dipasang 6 ya,” ungkapnya.
Di dalam papan nama tersebut, nampak sebuah nomor Whatsapp. Nomer inilah yang akan terhubung ke Pemkot Yogyakarta, apabila ada pengusaha kuliner yang melakukan harga ‘nuthuk’.
“Dipasang itu juga supaya warung – warung itu tidak nuthuk ya. Nah kita transparansi harga kemudian kita kasih nomor tokonya , (misal) nomornya kurang besar besok kita besarkan. Kalau warga ada yang merasa tidak puas dilayani maka dia bisa mengadu ke nomor telepon yang tertera itu,” ujarnya.
Bagi pengusaha kuliner yang melanggar, kata Hasto belum bisa memberikan sanksi namun akan dilakukan pembinaan terlebih dahulu.
“Kita pembinaan dulu. Contoh begini ketika nanti ada harga yang tidak sesuai, kemudian pembelinya protes, maka pembeli bisa menghubungi nomor WA yang sudah tertera di sana dan kami akan segera meluncur ke untuk melakukan pembinaan,” ujarnya.
“Jadi belum memberikan sanksi. Kita bina bahwa pemerintah memberikan perhatian dan hadir bagi mereka kalau warga ada yang berbuat tidak baik terhadap pendatang/tamu yang ada di Kota Jogja, maka tidak kita biarkan pasti kita tegur,” sambungnya.
Namun, jika pengusaha kuliner ‘bandel’ atau melanggar ketentuan secara terus – menerus, pihaknya tak segan-segan memberikan sanksi.
“Kalau berkali kali ditegur tapi masih tetap saja dilakukan, tentu kita akan berpikir tentang sanksi, saya kira itu,” tegasnya.
Lanjut Hasto kembali menghimbau untuk tidak semena-mena menaikkan harga. Ia yakin, jika pengusaha kuliner melayani pembeli dengan baik maka mereka otomatis akan kembali mendatanginya.
“Ya himbauan saya kepada pedagang kuliner rezeki kita itu dari tamu ya. Kalau semakin banyak tamu kalau kita layani dengan baik maka Insyallah rezeki kita makin bertambah. Oleh karena itu, para pedagang kuliner tidak usah ngoyo ngejar bathi saakeh-akehe, ngejar untung setinggi – tingginya sampai melebih – lebihkan harga. Kemudian akhirnya orang yang datang ke Jogja itu kapok,” ujarnya.
Dengan demikian, ia mengingatkan bahwa tamu adalah ibarat raja yang harus dihormati.
“Ingat tamu itu adalah raja jadi pembeli itu raja mari kita hormati. Sebaik baiknya orang yang datang pulang mudik ke Kota Jogja agar mereka juga senang dan kita menjadi tuan rumah yang baik,” pungkasnya. (*)
Penulis: Olivia Rianjani