HERALD.ID, JAKARTA — Pasar saham Indonesia kembali menunjukkan performa positif setelah mengalami tekanan di awal pekan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan Selasa, 25 Maret 2025, yang mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi global dan domestik.

Hingga sesi pertama perdagangan, IHSG berada di level 6.226,23 pada pukul 11.59 WIB. Tren positif ini terus berlanjut hingga sesi kedua, di mana indeks menguat 1,13 persen atau naik 69,42 poin ke level 6.230,64 pada pukul 14.43 WIB.

Kinerja ini menunjukkan pemulihan pasar setelah sempat mengalami tekanan tajam sehari sebelumnya.

Pada awal perdagangan pagi, IHSG sempat menguat hingga 1,65 persen. Data menunjukkan bahwa 307 saham mengalami kenaikan, sementara 265 saham melemah, dan 210 saham stagnan.

Volume transaksi mencapai 7,27 miliar saham dengan total nilai perdagangan sebesar Rp 5,36 triliun dalam 503 ribu transaksi.

Tren ini berbanding terbalik dengan kondisi IHSG sehari sebelumnya, di mana pada Senin, 24 Maret 2025, indeks dibuka melemah dan ditutup turun 1,55 persen ke level 6.161,22.

Bahkan, IHSG sempat jatuh lebih dari 4 persen hingga turun di bawah level 6.000. Namun, sentimen positif dari pengumuman susunan pengurus Danantara membuat indeks mampu memangkas pelemahannya.

Kenaikan IHSG kali ini juga didukung oleh beberapa faktor, termasuk hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri, serta penguatan Wall Street yang membawa dampak positif ke pasar saham global.

Selain itu, meredanya kekhawatiran pasar Amerika Serikat terhadap kebijakan tarif Presiden Donald Trump turut berkontribusi pada pemulihan indeks.

Presiden Trump memberikan sinyal adanya fleksibilitas dalam penerapan tarif resiprokal yang dijadwalkan berlaku pada 2 April.

Hal ini diperkirakan akan mengurangi tekanan inflasi dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Setelah rapat kabinet, Trump menyebutkan bahwa pengumuman detail kebijakan tarif akan dilakukan dalam waktu dekat, termasuk kemungkinan pemberian pengecualian bagi beberapa negara.

Menurut analisis Pilarmas Investindo Sekuritas, penguatan IHSG kali ini didorong oleh kombinasi sentimen eksternal dan internal.

Dari sisi eksternal, penguatan indeks saham AS dan prospek kebijakan tarif yang lebih lunak menjadi katalis utama. Indeks PMI AS Global S&P yang naik menjadi 53,5 pada Maret 2025, dari sebelumnya 51,6 di Februari, juga memberikan sinyal pemulihan ekonomi.

Namun, kondisi di pasar Asia tidak seluruhnya positif. Saham di China dan Hong Kong mengalami tekanan akibat aksi ambil untung (taking profit) yang meluas, di tengah skeptisisme terhadap efektivitas stimulus ekonomi terbaru dari pemerintah China.

Data terbaru menunjukkan bahwa pendapatan fiskal China mengalami penurunan sebesar 1,6 persen pada Januari-Februari 2025, menambah kekhawatiran investor.

Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh level terendah sejak krisis moneter 1998.

Melalui strategi triple intervention yang dilakukan secara agresif dan terukur, BI berupaya menjaga keseimbangan supply dan demand di pasar valuta asing.

Tekanan terhadap rupiah terjadi seiring dengan pernyataan hawkish dari Gubernur The Fed Atlanta, yang mengindikasikan kemungkinan hanya satu kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini.

Meski demikian, sentimen positif dari pengumuman struktur pengurus Danantara membantu IHSG kembali ke zona hijau pada sesi kedua perdagangan kemarin.

Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar, pelaku pasar diharapkan tetap mencermati dinamika global dan domestik dalam mengambil keputusan investasi. (*)