HERLAD.ID, JAKARTA — Harga Gabah Kering Panen (GKP) di sejumlah daerah anjlok di bawah Rp 6.500 per kilogram. Padahal Pemerintah telah menetapkan harga GKP Rp6.500/kg sesuai Peraturan Bapanas No 2/2014. 

Anggota Komisi B dari Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim, Erma Susanti mengaku prihatin dengan turunnya harga beli gabah yang tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Tentunya hal ini bisa merugikan petani dan pelaku usaha penggilingan padi. 

“Kemarin kita temukan dibawah, ada masalah terkait dengan harga Gabah yang saya pantau di beberapa tempat itu sudah di bawah Rp6.500 per kilo,” ungkapnya, Selasa, 15 April 2025.

Jika pemerintah tidak segera intervensi, maka penurunan harga gabah ini dapat memicu gejolak di pasar.  Mengingat panen raya seharusnya bisa berjalan dengan baik, jika gabah terserap secara optimal oleh Bulog. Dengan begitu, tidak berdampak negatif pada inflasi dan ketersediaan komoditas beras.

Erma mengaku sudah menghitung jumlah lahan dan produktivitasnya, sehingga diharapkan benar-benar terserap dan tidak mengganggu inflasi serta pasokan beras

“Ini yang perlu diantisipasi, jangan sampai panen raya menjadi pemicu gejolak harga,” pintanya.

Erma berharap pemerintah, khususnya Bulog, bertindak untuk memastikan gabah petani terserap dengan harga yang layak. Hal ini bertujuan agar terwujud kesejahteraan petani dan stabilitas pasokan pangan di Jawa Timur. 

“Kami ingin petani di Jawa Timur mendapatkan hasil yang layak dan berimbas pada stabilitasi pangan,” pungkas Erma.

Seperti diketahui, Jawa Timur saat ini memasuki musim panen padi dengan luas baku sawah mencapai 1.207.997 hektare, menyumbang 17,48 persen terhadap produksi beras nasional. Sepanjang tahun 2024, produksi padi di provinsi ini mencapai 9,27 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami penurunan sebesar 0,44 juta ton atau 4,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan produksi ini sejalan dengan berkurangnya luas panen yang mencapai 1,62 juta hektare, turun sebesar 0,08 juta hektare atau 4,78 persen dibandingkan tahun 2023. Jika dikonversi menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras tahun 2024 mencapai 5,35 juta ton, turun 4,53 persen dari 5,61 juta ton di tahun sebelumnya.

Meskipun terjadi penurunan secara keseluruhan, beberapa kabupaten/kota mengalami peningkatan produksi padi, seperti Kabupaten Tuban yang mencatat produksi sebesar 523.067 ton GKG pada tahun 2024.

 Sebaliknya, beberapa wilayah seperti Kabupaten Gresik, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan produksi. Produksi padi tertinggi pada tahun 2024 terjadi pada bulan April dengan 2,14 juta ton GKG, sedangkan produksi terendah tercatat pada bulan Januari, sekitar 0,28 juta ton GKG. (Ads)