HERALD.ID, KUALA LUMPUR — Malaysia berduka. Tun Abdullah Ahmad Badawi, Perdana Menteri kelima negara jiran itu, meninggal dunia pada usia 85 tahun, Senin, 14 April 2025, setelah bertahun-tahun berjuang dengan kondisi kesehatan yang terus menurun akibat demensia. Dunia kehilangan sosok pemimpin yang tenang, damai, dan mengutamakan keanggunan dalam berpolitik.

Kabar duka itu dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Malaysia saat ini, Datuk Seri Anwar Ibrahim, yang dalam pernyataannya mengungkapkan kesedihan mendalam atas wafatnya Abdullah — sosok yang akrab disapa Pak Lah. “Dia dalam kondisi yang sangat lemah, dan pemandangan itu menyentuh hati saya dengan menyakitkan. Namun, ketika tangan kami bersentuhan, matanya yang redup masih memancarkan kehangatan, cinta, dan rasa damai yang abadi,” ujar Anwar mengenang pertemuan terakhirnya dengan Pak Lah.

Dalam dunia politik yang kerap bergejolak, Pak Lah dikenang sebagai pribadi yang menyejukkan. Meski pernah berada di kubu berseberangan, Anwar menyebut Abdullah selalu menerima dirinya dengan “keanggunan dan kasih sayang.” “Itulah ukuran kemurahan hati seorang negarawan besar,” katanya.

Pak Lah menjabat sebagai Perdana Menteri mulai 2003 menggantikan Tun Mahathir Mohamad. Masa pemerintahannya ditandai oleh agenda reformasi kelembagaan, penguatan pendidikan, dan peluncuran konsep Islam Hadhari — pendekatan progresif terhadap Islam dalam tata kelola negara. Ia juga dikenal luas sebagai “bapak pengembangan sumber daya manusia” Malaysia.

Beberapa tahun terakhir, kesehatannya memburuk. Demensia membuatnya kehilangan sebagian besar kenangan, termasuk nama-nama keluarga terdekatnya. Namun, sebagaimana diungkap Anwar, “jiwanya tetap memancarkan kedamaian.”

Kabar wafatnya Pak Lah memicu gelombang duka dan penghormatan di seluruh Malaysia dan kawasan Asia Tenggara. Dunia kehilangan salah satu pemimpin yang membuktikan bahwa kekuasaan tak harus ditunjukkan dengan suara keras, tetapi dengan keteduhan dan keteladanan. (*)