HERALD.ID, SIDRAP — Nama Nathalie Holscher kembali mencuat ke permukaan setelah aksinya di sebuah panggung hiburan malam di Sidrap, Sulawesi Selatan menyita perhatian publik. Mantan istri komedian Sule itu tampil sebagai disjoki (DJ) dan penyanyi dalam gelaran musik bertajuk The Real Sidrap, Sabtu malam, 12 April 2025, yang berlangsung meriah—namun tak lepas dari kontroversi.

Dengan mengenakan tanktop putih dan rok pink selutut, Nathalie menyapa para pengunjung panggung dengan alunan musik yang ia racik sendiri. Namun yang menjadi sorotan bukan hanya musiknya, melainkan aksi para penonton pria yang menyawer Nathalie secara langsung—bahkan salah satunya melemparkan uang ke bagian tubuh yang sensitif. Dalam cuplikan video yang kini viral, Nathalie juga terlihat berpura-pura mandi uang dan mencium tangan salah satu penonton pria yang berdiri di bawah panggung.

Video tersebut tersebar luas di media sosial, termasuk diunggah akun gosip @rumpii_asiik dengan narasi, “Menyala bundanya Adzam,” merujuk pada anak Nathalie dari pernikahannya dengan Sule. Netizen pun terbelah: sebagian mengecam, sebagian lainnya memaklumi.

“Ajaran kemarin ke mana ya? Astagfirullah,” tulis salah satu pengguna. Lainnya menyindir, “Balik ke setelan pabrik.” Meski demikian, ada pula yang membela, “Yang penting halal, cuan zaman sekarang emang susah.”

Perjalanan Nathalie sebagai DJ sejatinya bukan hal baru. Ia mulai kembali ke dunia malam sejak Mei 2024 setelah sempat berhenti, melepas hijab, dan menyatakan ingin fokus pada pekerjaan yang “halal dan membawa berkah.” Namun, penampilannya di Sidrap memunculkan pertanyaan publik soal konsistensi pernyataannya di masa lalu.

Dalam wawancara sebelumnya, Nathalie sempat menegaskan bahwa DJ adalah bentuk seni, setara dengan bermusik atau bernyanyi. “Tergantung apapun yang kita lakukan dari diri sendiri saja,” ucapnya kala itu.

Apakah tindakan para penonton melewati batas, atau justru panggung hiburan malam memang tak pernah lepas dari nalar komersial dan eksploitasi visual? Nathalie Holscher kini berdiri di antara pujian dan kecaman—di panggung yang memantulkan banyak tafsir, lebih dari sekadar dentuman musik. (*)